Jumat, 16 Maret 2012

Benarkah Ka'bah Itu Adalah Kuburan?

Assalamu'allaikum
Ada seorang dalam chatroom muslim masuk dan mengirim pesan 'kabah itu kuburan, bukankah kita dilarang menyembahnya. Lalu kenapa kalian menyembah kuburan.
Saya memang tidak menyembah ka'bah, melainkan mengarahkan kiblat. tapi yang menjadi pertanyaan saya sebenarnya apa kabah sesungguhnya?
Wassalamu'allaikum

jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
Ka'bah adalah sebuah bangunan yang didirikan oleh para malaikat di muka bumi. Tujuannya untuk persiapan kehidupan pertama manusia di muka bumi, untuk menjadi rumah bagi manusia untuk beribadah kepada Allah.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.(QS. Ali Imran: 96)
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa ka'bah dibangun pertama kali oleh malaikat, jauh sebelum nabi Adam alaihissalam diturunkan ke muka bumi. Kemudian di zaman banjir besar nabi Nuh, diriwayatkan bahwa ka'bah ini ikut hilang tertelan air. Lalu ketika nabi Ibrahim diutus, salah satu tugas beliau adalah mendirikan kembali ka'bah di atas bekas reruntuhannya.
Ka'bah Bukan Kuburan
Orang yang mengatakan bahwa ka'bah itu adalah kuburan tentu saja bukan orang yang mengerti sejarah. Sebab tidak ada satu pun literatur yang menyebutkan hal itu, baik literatur dari Islam atau pun dari Arab pra Islam.
Bahkan ketika dahulu bangsa Arab masih menyembah berhala, hingga jumlahnya sampai 360 buah dan di letakkan di sekeliling ka'bah, juga tidak ada yang mengatakan bahwa ka'bah adalah kuburan.
Arab Jahilyah Tidak Menyembah Ka'bah
Dan lebih dari itu, tak seorang pun bangsa Arab yang menyembah ka'bah. Memang benar bahwa orang Arab suka menyembah berhala, baik patung yang terbuat dari batu, atau pun yang terbuat dari roti dan kurma, tapi belum pernah kita dapat dari syi'ir dan sastra mereka, bahwa mereka menyembah ka'bah.
Maka pernyataan bahwa umat Islam menyembah ka'bah adalah pernyataan yang justru mempertontonkan kebodohan dirinya sendiri. Dan pernyataan itu tidak perlu dijawab, karena lahir dari keawaman yang teramat nyata.
Bahkan Abu Jahal, Abu Lahab, Umayyah dan kelompoknya, seandainya mereka masih hidup, akan tertawa terbahak-bahak sampai perutnya kejang-kejang, kalau menuduh orang Arab menyembah ka'bah.
Boleh jadi mereka akan bilang, "Mas, sampeyan iku nek arep ngantemi golongane Muhammad, mbok yo ojo ngono iku, kok rodho goblok to mas." Yang terjemahaanungkapan itu dalam dialek betawi akan jadi seperti ini, "Eh tong, lu kalo mo nampol gerombolan Muhammad, kagak gitu carenye, mangkenye belajar, oon juga sih lu."
Maka untuk jadi orang kafir dan menyerang agama Islam, seseorang memang perlu belajar. Sebab kalau tidak, yang terlihat adalah kepandiran yang menghina diri sendiri.
Tapi memang dilematis juga sih orang-orang kafir yang anti Islam itu. Sebab kalau mau kelihatan agak pinter, kan mereka harus belajar, misalnya belajar sejarah. Tapi ada resikonya.
Apa resikonya?
Kalau banyak belajar dan baca literatur, nantibisa-bisa jadi pinter dan mendapat banyak fakta, siapa yang mau nganggung kalau sampai mendapat hidayah? Bagaimana nanti kalau malah sampaimasuk Islam?
Dan nyatanya, mau ke mana saja, orang yang belajar itu pasti akan bertemu dengan fakta yang sesungguhnya tentang kebenaran Islam. Dan ujung-ujungnya, tidak ada jalan kecuali kembali ke pangkuan Islam.
Dankebingungan orang kafir seperti ini juga pernah dialami oleh Abu Jahal and the gank. Sampai mereka harus melarang orang Arab mendengarkan Al-Quran. Sebab menurut mereka, orang yang mendengarkan Al-Quran itu pasti akan terpengaruh dan bisa masuk Islam.
Padahal orang Arab yang rata-rama maniak sastra, nyaris tidak bisa dilarang untuk mendengarkan lantunan syi'ir yang indah, tak terkecuali Al-Quran. Maka meski boikot dan larangan mendengarkan Al-Quran itu berlaku secara formal, ternyata diam-diam justru para gembong pemuka Quraisy mencuri dengar, diam-diam pada malam hari mereka mengendap-endap datang ke rumah Rasulullah SAW atau tempat di mana beliau SAW berkumpul dengan para shahabatnya.
Dan lucu kejadiannya, ternyata mereka bertemu di tempat yang sama, sama-sama saling menangkap basah temannya yang telah melanggar kesepakatan yang mereka buat sendiri.
Jadi kesimpulannya, no way to escape dari kebenaran Islam. Mka wajar bila pada akhirnya seluruh pemuka Quraisy masuk Islam berbondong-bondong. Semakin seorang kafir menghina dan menuduh jelek terhadap agama Islam, semakin nyata kebodohan dan ketololan mereka.
Makanya kalau mau jadi orang kafir, mendingan diam saja, dari pada malah mempermalukan diri sendiri di depan pentas dunia.
Tapi yang lebih bodoh dari orang bodoh adalah tindakan mempercayai dan mengikuti perkataan orang bodoh. Dan sayangnya, kita kok masih saja melihat ada umat Islam yang suka mendengarkan celoteh miring tentang Islam dari orang-orang yang sudah kita sepakati kebodohannya. Lalu yang benar-benar bodoh siapa nih?
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc

0 komentar:

Posting Komentar